Di wilayah Pantai Utara (Pantura) Subang, bisnis perempuan penghibur juga merebak. Lihat saja di kiri-kanan sepanjang jalan daerah Patoekbesi, Celeng, Cikijing, dan beberapa tempat lain, tempat hiburan amalam dan karaoke bertebaran. Pada siang dan malam hari, para gadis penghibur selalu tersedia.
Penelurusan saya di beberapa rumah yang disulap menjadi tempat karaoke di Patoekbesi, para gadis penghibur di sana justru mayoritas masih berusia muda.
Untuk menarik para tamunya, mereka biasanya berkumpul di depan rumah. Mereka tidak sungkan-sungkan melambaikan tangan dan bahkan memanggil orang-orang yang mengendarai kendaraannya dengan pelan.
Tamu yang datang biasanya ditawarkan untuk karaoke di sebuah room di rumah itu. Tarif satu jam karaoke, rata-rata Rp 60.000. Tapi ada juga paket karaoke plus minum sebesar Rp 500.000 hingga jutaan rupiah.
"Di sini tidak pernah sepi. Tamunya orang dari mana saja, karena letaknya di tepi jalan raya. Ada yang sekadar mampir, tapi banyak juga yang sengaja datang ke sini cari hiburan. Paling banyak orang Jakarta," kata Nia (nama samaran), salah satu gadis penghibur.
Berbeda dengan praktik gadis penghibur rumahan, di Pantura seolah tidak ada matinya. Ketika saya menelusuri Kampung Cimacan, Desa Balingbing, Kecamatan Pagaden Barat, lokasi ini ternyata sudah dikenal sejak tahun 1990-an.
No comments:
Post a Comment